Kamis, 27 Januari 2022

SUPERIORITAS PRIA,INFERIORITAS WANITA

                                                    “Wanita adalah lentera-lentera jiwa,

meski cahayanya tak sebenderang purnama”

      Oleh : Atik Anjani Rahmah 

Superioritas pria atas wanita merupakan wacana yang tak pernah habis di bahas. Karena memang penindasan pria telah berlangsung sejak zaman dahulu kala hingga saat ini. Dalam bidang apapun dan di berbagai belahan dunia manapun posisi wanita selalu menjadi yang kedua.Posisi wanita termarginalkan.Wanita dianggap makhluk yang tidak berharga karena fisik yang dianggap lemah.Lebih menyedihkan lagi, banyak kalangan yang menggunakan nash kitab suci untuk melanggengkan budaya patriarki ini. Yang telah mendarah daging dalam sejarah peradaban manusia. Bagaimanakah sejarah patriarkis di dunia? Benarkah Islam menyumbangkan pemikiran patriarkis kepada manusia? Bagaimana pandangan Islam terhadap wanita?

Dalam sejarah umat manusia, proses sekunderisasi kaum wanita berawal dari sistem teologi agama yunani kuno. Dan diikuti oleh teologi kristiani. Dalam mitologi Yunani, mereka menggambarkan sosok Tuhan-Tuhan yang banyak , lalu di seleksi pada gambaran Tuhan yang sangat berpengaruh. Tuhan tergambarkan sebagai sosok bapak yang perkasa.

Ideologi patriarki berasal dari Mesopotomia.Antara tahun 3500-3000 SM di Mesopotomia muncul negara-negara kota.Kondisi ini mengakibatkan adanya peranan militer, yang menyebabkan dominasi pria atas wanita menjadi sangat kuat. Kemudian, terekam dalam hukum dan mendapat legitimasi dan dukungan dari institusi politik maupun negara.

Dalam konteks tersebut wanita menjadi asset dan kekayaan pria. Kepala keluarga berhak mengatur perkawinan anak-anaknya dan juga menggadaikan istrinya untuk membayar hutang-hutangnya.

Dalam konteks agama Yahudi, wanita hanya diberi hak beribadat di kuil yang terpisah dengan pria.Warisan semacam ini juga ditemukan dalam tradisi kristiani.Wanita tidak memiliki hak  bicara di  gereja. St Paul menunjuk tentang ini dalam surat pertamanya kepada Corinthians. “ Biarkan wanita-wanita tetap diam di gereja, karena mereka tidak diizinkan bicara di gereja.Mereka diperintah untuk patuh dan begitu pula hukum memerintah mereka untuk patuh(Chorinthians 14:34-35)

Di era ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjamin untuk melindungi hak-hak asasi manusia dengan Universal Declaration Of Human Right di tahun 1949. Pengakuan hak-hak asasi wanita termaktub dalam Convention On The Elimination Of All Froms Of Discrimanation Againts Women di tahun 1979.Indonesia telah meratifikasi melalui UU no.07 tahun 1984. Akan tetapi, dalam kenyataan  terlihat bahwa sesudah hampir 30 tahun Indonesia meratifikasi, terlihat kondisi umum wanita Indonesia belum begitu menggembirakan. Belum dapat memperbaiki serta mempengaruhi kehidupan kebanyakan wanita Indonesia ke arah yang lebih baik. Diskriminasi masih saja kerap terjadi. Menghambat dan menisbikan sumbangan kemajuan wanita bagi masyarakat.

Tabel di bawah ini menyajikan gambaran umum tersebut

LEMBAGA

WANITA

PRIA

MPR

38(7,6%)

462(92,4%)

DPR

60(12,2%)

434(87,8%)

MA

6(10,7%)

50(89,3%)

DPA

3(6,6%)

42(93,4%)

BPK

0(0%)

7(100%)

Sumber : Gender Information in Key, BPS and Convention Watch,1996

 Upaya memerdekakan kaum wanita dari budaya dan kungkungan sosial masyarakat telah dijalankan di berbagai negara. Dikenal dengan istilah Feminisme. Di Barat, Feminisme mendapatkan posisi yang strategis dan bahan kajian yang serius. Feminisme memiliki keterkaitan dengan ilmu sosial (social science) yang dikembangkan saat ini. Ilmu sosial tersebut memberikan konstribusi besar bagi pengembangan kesetaraan kaum wanita. Namun, gerakan wanita di barat terlalu heroik mengutuk patriarki dalam rumah tangga. Tidak coba melihat bahwa kapitalisme begitu jahatnya merampas kebebasan wanita. Mengeksploitasi tubuh secara sewenang-wenang sehingga menambah pundi-pundi modal.

Sebenarnya, feminisme merupakan tradisi islam yang menyejarah dan hidup pada masa kenabian. Rasulullah adalah revolusioner dalam kehidupan wanita khususnya. Wanita tidak dipandang sebagai makhluk nomor dua (The second Class) tetapi sama derajat dan eksistensinya dengan pria.

Hal tersebut dapat dilihat bagaimana Al Quran memuji orang-orang yang disebut Ulul Albab yaitu orang-orang yang berdzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Dzikir dan fikir yang menjadikan manusia mengetahui rahasia-rahasia alam raya.Ulul Albab tidak terbatas pada pria saja tetapi juga kaum wanita. Hal ini menunjukkan kesetaraan  tingkat potensi intelektual wanita dan pria adalah sama.

Guru besar Al Azhar university, Shaikh Muhammad Syaltut :

“ Tabiat kemanusiaan antara wanita dan pria hampir dapat dikatakan sama. Allah telah menganugerahkan kepada wanita sebagaimana menganugerahkan kepada pria.Kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas yang bersifat umum maupun khusus”

          Dalam surat An Nisa’, ayat 34 dimana pria adalah Qowwamuna terhadap wanita sering ditafsiri tunggal.Yakni pria adalah pemimpin wanita. Menurut Rifat Hassan yang telah meneliti kata tersebut dalam bahasa arab semit mengatakan, bisa berarti 20 macam. “ Bertanggung jawab, pencari nafkah, mengayomi, menolong, melindungi,memimpin, memelihara”. Arti qowwamuna bukan semata-mata memimpin dll. Terkadang ayat ini dijadikan legitimasi kepemimpinan pria di kancah publik.

          Dalam Al Quran kedudukan pria dan wanita itu setara. Namun perannya itu relatif. Kecuali fungsi kodrat dan jenis kelamin yang bersifat biologis dan mutlak dengan konsekuensi fungsi biologisnya pula.

          Pendapat para feminis barat yang menyatakan islam adalah agama yang mendukung dan melegalkan budaya patriarki adalah perkataan para pecundang yang ingin memecah belah dan menjatuhkan islam. Mereka hendak mengaburkan ajaran islam yang rahmatan lil alamin dengan bualan mereka.

          Para wanita yang hidup di bawah ketiak modernisasi saat ini tidak sadar bahwa merekalah yang masih mengalami penjajahan dan pemarginalan oleh sistem kapitalis. Mereka menolak seruan islam dengan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh melalui pakaian yang mereka beli dari para kapitalis. Wanita menjadi media iklan kapitalisme yang dibayar dengan harga yang murah. Masihkan perjuangan pembebasan pemerdekaan wanita dilakukan dengan cara-cara demikian ?

          Pembebasan yang dilakukan wanita harus bertumpu pada wacana ini. Membuka kembali lembaran-lembaran sejarah masa lalu. Kembali pada konteks sosial Rosulullah. Agar tidak terjebak tipuan-tipuan kapitalis dan tipuan kebebasan yang sangat liberal dari barat. Wanita harus keluar dari pemikiran feminisme yang lahir dari rahim materialis, lalu menuju feminisme yang dekat dengan konteks kenabian dan feminisme yang tetap mendekatkan diri pada nilai-nilai masyarakat, kebudayaan dan kepada Tuhan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUPERIORITAS PRIA,INFERIORITAS WANITA

                                                                  “Wanita adalah lentera-lentera jiwa, meski cahayanya tak sebenderang pur...