Minggu, 17 Juni 2012

MENYAKITIMU


Setitik hujan . Merindui angin menerbangkan asa cinta dan harapan. Merenda masa depan melebur derita. Tapi, Entah kenapa sampai hujan reda, tak kunjung angin menyapa. Kemudian, di tengah kebisuan, sang awan datang menawarkan harapan. Walaupun ia tak bisa menerbangkan hujan ke bukit berbunga seperti angin, namun ia temani hujan dalam kesendirian.Terlindung panasnya mentari kehidupan. Ia tawarkan kesejukan dan perlindungan, dari gersangnya angin kebosanan.Ia selalu ada untuk hujan. Hujanpun nyaman dengan kehadiran awan. Dan sedikit melupakan angin yang tak segera pulang.
Awan punya perasaan. "Hujan, maukah kau berjalan bersamaku?" tanyanya suatu masa. Hujan gelagapan. Ia masih menunggu angin namun tak tega juga membiarkan awan yang kesepian. Hujan hanya bisa terdiam. Tak tau apa yang akan dilakukan. Berkata tidak pada awan? Ah..kasihan, ia telah lama temani kesepiannya. Berkata iya,,, Ah,,bagaimana nanti jika angin datang ?
Sebenarnya, ingin hujan membalas kebaikan awan. Menerbangkan hatinya hingga ke awang-awang. Sama seperti yang awan lakukan padanya. Namun ia tak bisa. Bayangan angin masih saja menghantuinya. Awan berkata"tanya hatimu hujan, jangan biarkan ia menunggu sesuatu yang tak pasti, aku selalu ada disini". Oh awan,,, perkataanmu semakin membingugkan hujan. Ditengah kebingungan mencari pemecahan, sang waktu berkata"Aku tak akan mengizinkan awan dan hujan berbarengan, karna akan banyak bencana alam."Hujan pun terdiam. Sepertinya ia mendapat pencerahan.
Awan begitu baik. Selalu ada untuk hujan. Namun hujan tak bisa bersamanya, bukan karena tak cinta, namun karna tahu pasti akan timbul banyak bencana. Cinta akan datang jika sering bersama.
Hujan bersenandung kepada awan;
" Aku begitu egois padamau awan, kesendirian yang membuatku demikian. Aku membuat mu menemani sepiku, kujadikan kau obat penawar rindu ku pada angin. Sungguh jahat memang. Baiknya kau pergi saja dari langit ku awan, karna aku takut terlalu dalam menyakiti perasaanmu. Hanya karena aku butuh penawar rindu. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUPERIORITAS PRIA,INFERIORITAS WANITA

                                                                  “Wanita adalah lentera-lentera jiwa, meski cahayanya tak sebenderang pur...